Cinta terkadang membuat orang terasa terbutakan dalam
bertindak. Terlebih lagi ketika engkau merasa resah galau akan cinta yang Anda
rasakan. Dan terkadang Anda merasa bahwa cinta itu harus berujung lewat
pacaran. Itu semua salah, Anda harus mengerti apa makna cinta yang sebenarnya
ada di hati Anda. Di bawah ini saya ingin berbagi kepada Anda ada secuplik
artikel yang saya dapatkan setelah saya membaca di syariahonline.com. Semoga
bermanfaat J
Islam
mengakui adanya rasa cinta yang ada dalam diri manusia. Ketika seseorang
memiliki rasa cinta, maka hal itu adalah anugerah Yang Kuasa. Termasuk rasa
cinta kepada wanita (lawan jenis) dan lain-lainnya.
"Dijadikan
indah pada manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu:
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda
pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di
dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik ."(QS. Ali Imran
:14).
Khusus
kepada wanita, Islam menganjurkan untuk mengejwantahkan rasa cinta itu dengan
perlakuan yang baik, bijaksana, jujur, ramah dan yang paling penting dari semau
itu adalah penuh dengan tanggung-jawab. Sehingga bila seseorang mencintai
wanita, maka menjadi kewajibannya untuk memperlakukannya dengan cara yang paling
baik.
Rasulullah
SAW bersabda,"Orang yang paling baik diantara kamu adalah orang yang
paling baik terhadap pasangannya (istrinya). Dan aku adalah orang yang paling
baik terhadap istriku".
Melihat kecenderungan aktifitas pasangan muda
yang berpacaran, sesungguhnya sangat sulit untuk mengatakan bahwa pacaran itu
adalah media untuk saling mencinta satu sama lain. Sebab sebuah cinta sejati
tidak berentu sebuah perkenalan singkat, misalnya dengan bertemu di suatu
kesempatan tertentu lalu saling bertelepon, tukar menukar SMS, chatting dan
diteruskan dengan janji bertemua langsung.
Semua bentuk aktifitas itu sebenarnya bukanlah
aktifitas cinta, sebab yang terjadi adalah kencan dan bersenang-senang. Sama
sekali tidak ada ikatan formal yang resmi dan diakui. Juga tidak ada ikatan
tanggung-jawab antara mereka. Bahkan tidak ada ketentuan tentang kesetiaan dan
seterusnya.
Padahal cinta itu memiliki, tanggung-jawab, ikatan
syah dan sebuah harga kesetiaan. Dalam format pacaran, semua instrumen itu
tidak terdapat, sehingga jelas sekali bahwa pacaran itu sangat berbeda dengan
cinta.
Bahkan
kalau pun pacaran itu dianggap sebagai sarana untuk saling melakukan
penjajakan, perkenalan atau mencari titik temu antara kedua calon suami istri,
bukanlah anggapan yang benar. Sebab penjajagan itu tidak adil dan kurang
memberikan gambaran sesungguhnya dari data yang diperlukan dalam sebuah
persiapan pernikahan.
Dalam
format mencari pasangan hidup, Islam telah memberikan panduan yang jelas
tentang apa saja yang perlu diperhitungkan. Misalnya sabda Rasulullah SAW
tentang 4 kriteria yang terkenal itu.
Dari
Abi Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW berdabda,"Wanita itu dinikahi karena
4 hal : [1] hartanya, [2] keturunannya, [3] kecantikannya dan [4] agamanya.
Maka perhatikanlah agamanya kamu akan selamat. (HR. Bukhari Kitabun Nikah Bab
Al-Akfa' fiddin nomor 4700, Muslim Kitabur-Radha' Bab Istihbabu Nikah
zatid-diin nomor 2661)
Selain
keempat kriteria itu, Islam membenarkan bila ketika seorang memilih pasangan
hidup untuk mengetahui hal-hal yang tersembunyi yang tidak mungkin diceritakan
langsung oleh yang bersangkutan. Maka dalam masalah ini, peran orang tua atau
pihak keluarga menjadi sangat penting.
Inilah
proses yang dikenal dalam Islam sebaga ta'aruf. Jauh lebih bermanfaat dan
objektif ketimbang kencan berduaan. Sebab kecenderungan pasangan yang sedang
kencan adalah menampilkan sisi-sisi terbaiknya saja. Terbukti dengan mereka
mengenakan pakaian yang terbaik, bermake-up, berparfum dan mencari
tempat-tempat yang indah dalam kencan. Padahal nantinya dalam berumah tangga
tidak lagi demikian kondisinya.
Istri
tidak selalu dalam kondisi bermake-up, tidak setiap saat berbusana terbaik dan
juga lebih sering bertemua dengan suaminya dalam keadaan tanpa parfum. Bahkan
rumah yang mereka tempati itu bukanlah tempat-tempat indah mereka dulu kunjungi
sebelumnya. Setelah menikah mereka akan menjalani hari-hari biasa yang
kondisinya jauh dari suasana romantis saat pacaran.
Maka
kesan indah saat pacaran itu tidak akan ada terus menerus di dalam kehidupan
sehari-hari mereka. Dengan demikian, pacaran bukanlah sebuah penjajakan yang
jujur, sebaliknya sebuah penyesatan dan pengelabuhan.
Dan
tidak heran kita dapati pasangan yang cukup lama berpacaran, namun segera
mengurus perceraian belum lama setelah pernikahan terjadi. Padahal mereka
pacaran bertahun-tahun dan membina rumah tangga dalam hitungan hari. Pacaran
bukanlah perkenalan melainkan ajang kencan saja.
Sumber : syariahonline.com
0 komentar:
Posting Komentar